iklan

Friday, October 4, 2019

Skrip "PANGEL" (part 2)

PANGEL
(Part 2)

Suatu malam ketika Dika sedang kelaparan dan hendak akan makan malam sendiri, dirinya dikejutkan dengan suara ketukan pintu  dan suara orang memberikan salam dari luar rumahnya.
Tamu : (mengetuk pintu sambil mengucapkan salam)
“assalamu’alaikum”
Dika : (keluar dari tempat makan menuju sumber suara)
“wa’alaikumsallam”
Dika : (terkejut melihat orang yang mengetuk pintu rumahnya berpakaian layaknya orang akan pergi ke acara selamatan)
“ui” (sambil terkejut) “nak kemenai pe dok duan kok makai baju bagak-bagak upo orang nak tulak pangel jok?” (bertanya dengan kebingungan)
Ego : “nak tulak pangel rong dirik am, tan dirik yang nak beselamat”
Day : “aok bah, astagfirullah bayah nak puro-puro lupok dirik tuk”
Dika : (kebingungan mendengar jawaban ego dan day)
Dwi : “bom am makan, dah lamok jom kalok pangel tuk"
(sambil menerobos masuk ke dalam rumah)
Mereka berempat pun masuk ke dalam menuju tempat dimana Dika akan makan. Meskipun dengan seribu tanda tanya, Dika tetap mempersilahkan orang-orang itu untuk masuk.
Dika : “sepai yang medah dok duan tuk kalau aku nak beselamat, aku bah jom nak beselamat?” (bertanya dengan penuh kebingungan)
Dwi : “hah bayah, tau sok-sok nak jual mahal bah” (dengan muka songong)
Ego : “woi bom am makan teh, pelamok e ngomong ke ngomong terus kian tuk”
Dika : “keti sajo amat aku jomsik nak beselamat bah” (jawabnya dengan sedikit agak kesal)
Ego dan dwi langsung mengambil piring lalu memasukkan nasi dan sayur ke dalam piring mereka
Day : “astagfirullah, jom tau ngampo orang piok. Orang jok udah datang am tuk, jom mantau dok duo jo dah nak makan am padahal epan di baco doa”
Dika : (menoleh ke arah dwi dan ego yang sudah siap untuk makan dengan wajah kaget)
”ui sajo amat-amat am dok duo tuk teh”
Ego : ”ui sajo amat-amat am, namo pun pangel. Mustahel bulok kan”
Dwi : “cepat siket yat, baco doa ke kito”
(cetus dwi yang tak sabar ingin makan)
Dika : “nenok luk, tuk teh sebena e keti? Aku bah sajo amat-amat jomsik nak beselamat. Mantau am menai pe ado aku berapi banyak”
Ego : “ui dirik am yang nyuroh orang mangel kamik tedik bah, medah lepas magrib tuk am rong dirik. Nyok am kamik kituk”
Dwi : “nyom aku sajo sengajo pan makan dirumah tuk, biar tau nimpuk makan dituk”
Dika : (ia semakin kebingungan mendegar jawaban dua orang itu)
“sepai yang tulak mangel rong dok duan teh? Sajo tobat am jomsik aku nak beselamat tuk”
Ego : “jeffie bah tedik teh mangel rong ku kiok, mustahel io ngampo kan”
Dwi : “aok, io gom yg mangel rong kamik teh”
Di luar rumah jeffie mengintip dan menguping pembicaraan mereka berempat sambil tertawa sendiri
Jeffie : “kengaja kian, apai aso kenok kerojo ku?”
(berbicara sendiri dengan nada pelan)
Di dalam rumah
Dika : (dika kaget mendengar jawaban ego)
“berarti io dah ngampo dok duan tuk, celako mat mensio nyok dah ngerojo kito”
Di luar rumah jeffie makin tertawa kecil mengetahui teman-temannya kebingungan karena dikerjain dirinya
Di dalam rumah
Dwi : “celako mat mensio nyok teh, aku sajo dah kelapa tuk. nenok io ngiso dah ngampo kito”
(cetus dwi agak kesal)
Ego : “amat ku mensio nyok deh, anal mat ngerojo kito”
(ego pun mulai kesal)
Day : “astagfirullah, jom tau ngutok orang piok. Bagak kito suroh io kituk jok jelaskan ke kito”
(day coba tenangkan orang-orang yang ada di ruangan)
Jeffie pun langsung masuk ke dalam menghampiri orang-orang itu dengan tertawa kemenangan
Jeffie : “hahaha apai aso kenok kerojo ku”
Dwi : “ceh kau tuk, orang sajo ngamat am tuk nak tulak pangel tau ngampo bah, tau orang sajo kelapa”
(dwi sedikit agak emosi dengan jeffie)
Ego : “kau nak tuk”
(ego mengepalkan tangannya ke arah jeffie ingin memukul jeffie)
Day & dika : “eh eh eh bayah piok kah, tau kito omong baek-baek masalah tuk”
(dika & day menangkap dan menenangkan ego yang sudah sangat emosi)
Dwi : “nyom kau tuk mulah hal jok”
(cetus dwi pada jeffie)
Jeffie : “maaf am bah, jomsik niat ku nak apai-apai ke dok duan”
(jeffie mulai menyesali perbuatannya)
Dika : “dah am lain kali bayah piok gik, ngerojo orang / ngampo orang ado batas e. Jom semuo orang nak di ampo. Cukop kamik tuk jk yg di ampo bayah sampai orang lain gik yg di ampo”
Ego : “mulah hal jok kau tuk bah”
(cetus ego yg masih agak kesal namun sudah dapat mengontrol diri)
Dwi : “dah am bagak kito makan pakai apai yg ado tuk jok am, sajo dah lapa mat aku tuk”
Day : “aok bah nenok ku maco doa ke kito”

Wednesday, September 4, 2019

Kisah Nyata KKM


KKM DESA MESA


*nama orang, nama kota/tempat telah disamarkan demi kenyamanan bersama.
*di kampus ini menggunakan istilah KKM, tidak menggunakan KKN
*L= Laki-laki, P=Perempuan

Diangkat dari kisah nyata yang terjadi pada tahun 2017, dimana kejadian ini menceritakan tentang sekolompok mahasiswa yang berjumlah 12 orang, terdiri dari Peko (L-ketua kelompok), Deyu (P-sekretaris), Bota (P-bendahara), Jef (L), Apma (P), Lasar (P), Niher (L), Lecan (L), Karpen (L), Yuti (P), Alex (L), Lili (P). Sekelompok mahasiswa ini berasal dari salah satu kampus yang ada di wilayah Kapuas Raya, tepatnya di kota S. Dimana sekelompok mahasiswa ini akan melaksanakan kegiatan Kuliah Kerja Mahasiswa (KKM) sebagai salah satu bentuk dari pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu pengabdian kepada masyarakat. Sekelompok mahasiswa ini akan melaksanakan KKM di suatu desa yang bernama Desa Mesa, desa ini berjarak 126 km dari Kota S (kota tempat mereka kuliah) dan akan menempuh perjalanan -+ 6 jam menggunakan kendaraan roda dua (sepeda motor) , karena jika melewati jalur air/sungai perjalanan mereka akan memakan biaya yang cukup besar. Dosen pembimbing dari kelompok ini adalah seorang dosen laki-laki yang biasa dipanggil pak Benege, beliaulah yang akan mengantarkan langsung para mahasiswanya menuju desa tempat pelaksanaan KKM tersebut.

BERSAMBUNG....
Tunggu kelanjutan kisahnya

Friday, August 30, 2019

Ciri-ciri Mahasiswa Baru

MABA

                Kita semua pasti sudah sering mendengar istilah “MABA”, dan bukan merupakan suatu hal yang baru bagi kita bila mendengar  istilah “MABA”. MABA adalah singkatan dari  Mahasiswa Baru di setiap Perguruan Tinggi yang ada di Indonesia, baik itu PTN (Perguruan Tinggi Negeri) maupun PTS (Perguruan Tinggi Swasta). MABA tidak hanya berasal dari daerah sekitar perkotaan atau wilayah tempat PT (Perguruan Tinggi) tersebut berdiri saja, melainkan banyak juga MABA yang berasal dari luar daerah tersebut, bahkan sampai ada yang berasal dari luar negeri. Karena berasal dari daerah yang berbeda-beda maka setiap MABA pasti memiliki ciri-ciri tersendiri. Berikut penulis (menurut penulis) berikan ciri-ciri MABA secara umum, adapun ciri-ciri tersebut adalah sebagai berikut:


1. Pakaian serba baru
Setiap MABA, bahkan mungkin semua MABA ketika perkuliahan di kampusnya sudah mulai aktif pasti membeli pakaian baru untuk digunakan ketika perkuliahan berlangsung. Kenapa membeli pakaian baru? Karena rata-rata MABA merasa lebih percaya diri dan ingin dilihat lebih rapi dan mungkin saja keren dengan pakaian baru yang digunakan untuk perkuliahan tersebut.

2. Sepatu baru yang selalu kinclong alias mengkilat
Pansus dan pentople baru yang setiap paginya selalu disemir supaya telihat kinclong alias mengkilat ketika dipakai, akan menjadi pemandangan yang akan selalu ditemui di kampus ketika para MABA masih semangat dan rajin-rajinya untuk membersihkan sepatunya.

3. Rambut selalu dipotong dan disisir rapi
Kalau poin yang ini lebih banyak atau lebih seringnya dilakukan MABA laki-laki. Pada saat awal-awal masuk perkuliahan ada sebagian mahasiswa laki-laki (ingat ini hanya sebagian/tidak semua) sangat menjaga penampilan atau gaya rambutnya dengan selalu memotong rambut mereka ketika mulai panjang dan selalu menyisirnya dengan rapi. Namun, setelah mulai memasuki semester atas kebiasan baik ini  biasanya mulai berkurang (tidak semua mahasiswa laki-laki seperti ini), merasa sudah berada di semester atas sebagian mahasiwa ini mulai berani untuk memanjangkan rambutnya dan bahkan ada yang hanya disisir se-ala kadarnya saja.

4. Belum sempat lanjutin. Hehe
Kalau ada saran atau masukan silahkan komentar ya...


Tuesday, August 27, 2019

Lirik Lagu Perpisahan PPL-KKM


4 BULAN DI MEKAR SARI

EMPAT BULAN TELAH KITA BERSAMA
JALANI PPL-KKM
BERSAMA TLAH DILALUI SEMUA
SUKA DUKA TLAH KITA RASA

            #          BAGI KAMI DESA INI YANG TERBAIK
TEMPAT KAMI TUK MENUNTUT ILMU
WALAU KINI KU RASA KAMI RESAH
KARENA KITA AKAN BERPISAH

REFF:             SLAMAT TINGGAL DESA MEKAR SARI
                        KITA BERPISAH UNTUK SELAMANYA
                        INGATLAH PABILA BERTEMU NANTI
                        MOHON JANGAN LUPAKAN KAMI

                        TRIMAKASIH WARGA MEKAR SARI
                        ATAS SEMUA KERJA SAMANYA
                        PABILA KAMI SALAH UCAP KATA
                        KAMI MOHON MAAFKAN KAMI

BERPULUH HARI TLAH DI LEWATI
BERPULUH KISAH TLAH DI JALANI
NAMUN TAK KAN KUTEMUKAN LAGI
KENANGAN INDAH SAAT DISINI 

KEMBALI KE #


Tuesday, August 6, 2019

Lirik Lagu Dara Muning (Bahasa Melayu Serawai)

DARA MUNING

(Lagu Daerah Serawai)



* Ningo kesahlah deluk
   Sang putri nan cantek jelita
   Dara Muninglah namanya
   Bujang Munang nama anaknya

                          Hidup di alam desa
                          Bekawan dengan aoh burong
                          Kesah jom akan terjadi
                          Antara umak dan anaknya

Reff: Dara Muning disumpahlah mambang
        Mencintai Munanglah anaknya
        Dara Muning jadi sigik batu
         Sampai pituk jadilah cerita

Monday, May 7, 2018

Cerita Rakyat Serawai


LEGENDA DARA MUNING


(Cerita Rakyat Kecamatan Serawai)


            Pada zaman dahulu, hiduplah seorang perempuan yang memiliki kecantikkan yang sungguh menawan. Namanya adalah Dara Muning, Dara Muning ini memiliki seorang anak yang bernama Bujang Munang. Mereka berdua hidup di sebuah desa di tengah hutan. Kehidupan mereka berdua sederhana saja.
            Hampir setiap hari Bujang Munang pergi berburu ke dalam hutan dan pergi memancing ke sungai untuk mencari hewan yang bisa di jadikan lauk. Hari-hari mereka berdua lewati layaknya ibu dan anak pada umumnya.
            Hingga pada suatu hari ketika Dara Muning sedang memasak nasi di dapur, Bujang Munang masuk ke dalam rumah mencari Dara Muning. Bujang Munang Munang memanggil ibunya sambil berlarian hingga ia menabrak periuk nasi yang sedang Dara Muning gunakan untuk memasak nasi.
            Melihat kejadian itu Dara Muning sangat marah kepada Bujang Munang, di ambilnya sendok nasi yang ada di dekat periuk yang terjatuh tadi lalu di pukulnya kepala Bujang Munang hingga berdarah. “Kenapa ibu memukul ku?” tanya Bujang Munang keheranan. “Pergi kamu dari rumah ini, jangan kau tampakkan wajah mu di hadapan ku lagi” jawab Dara Muning dengan penuh emosi. “Ibu aku minta maaf, tolong maafkan aku” pinta Bujang Munang dengan rasa bersalah dan penuh harap. “Tidak, pergi kamu dari sini. Kamu anak yang tidak berguna” jawab Dara Muning dengan emosinya dan dengan tidak menatap muka Bujang Munang.
            Mendengar jawaban ibunya tersebut, Bujang Munang pun pergi meninggalkan rumah dengan rasa bersalah dan kesedihan. Hari demi hari berlalu Dara Muning mulai merasa kesepian tanpa adanya Bujang Munang. Dara Muning pun menyesali perbuatan yang telah ia lakukan kepada anak satu-satunya yang ia miliki. “Kenapa aku tidak bisa mengontrol diri, anakku hanya melakukan kesalahan kecil saja tetapi aku tidak memaafkannya” ucap Dara Muning di dalam hatinya dengan penuh penyesalan.
            Waktu terus berjalan, tidak terasa sudah belasan tahun Bujang Munang pergi meninggalkan kampung halamannya. Seiring berjalannnya waktu tersebut juga, Dara Muning sudah bisa melupakan kepergian anaknya dengan mulai terbiasa hidup sendiri dan membaur dengan masyarakat yang lain.
            Pada suatu hari Bujang Munang kembali ke kampung halamannya, tetapi kampung halamannya sudah jauh berbeda dari pada saat ia meninggalkannya dulu. Bujang Munang berfikir bahwa ibunya sudah meninggal dunia karena ia yakin ibunya pasti sudah tua selama ia pergi. Ketika sedang berada di daerah perumahan warga, Bujang Munang terkesima (terpukau) dengan kecantikkan salah seorang perempuan yang ada di sebuah rumah.
            Bujang Munang pun berkenalan dengan perempuan tersebut, setelah berkenalan di ketahuilah bahwa nama perempuan tersebut adalah Dara Muning (yang sebenarnya adalah ibu kandungnya sendiri). Bujang Munang jatuh cinta kepada Dara Muning dan begitu pula Dara Muning juga jatuh cinta kepada Bujang Munang. Hari demi hari berlalu Bujang Munang dan Dara Muning pun selalu bersama-sama, melewati hari-hari dengan penuh bahagia. Meskipun sering bersama-sama, tetapi tidak ada satupun diantara mereka berdua yang tahu bahwa mereka berdua adalah ibu dan anak.
            Merasa sudah saling sayang dan saling cinta, Bujang Munang dan Dara  Muning pun memutuskan untuk menikah. Pada suatu hari ketika Bujang Munang dan Dara Muning sedang bersama, Bujang Munang baring di pangkuan Dara Muning. Dara Muning membelai-belai rambut Bujang Munang, Dara Muning melihat ada bekas luka di kepala Bujang Munang.
            “Kenapa ada bekas luka di kepala mu Bujang Munang?” tanya Dara Munig keheranan. “Oh itu bekas luka akibat pukulan ibuku dulu menggunakan sendok nasi” jawab Bujang Munang. Mendengar jawaban Bujang Munang, Dara Muning terkejut karena hal tersebut pernah ia lakukan kepada anaknya belasan tahun yang lalu. “Kenapa kamu bisa sampai di pukul oleh ibumu dan kapan kejadian itu terjadi?” tanya Dara Muning lagi dan memastikan bahwa Bujang Munang itu adalah anaknya. “Belasan tahun lalu yang lalu ibuku sangat marah padaku hari itu, karena aku menumpahkan periuk nasinya dan ia juga mengusirku dari rumah” jawab Bujang Munang jelas.
            Mendengar jawaban tersebut, Dara Muning yakin bahwa Bujang Munang tersebut adalah anaknya. “Bujang Munang anakku” ucap Dara Muning sambil memeluk Bujang Munang. “Apa maksudmu?” tanya Bujang Munang keheranan. “Kamu adalah anakku yang ku usir belasan tahun yang lalu, karena menumpahkan periuk nasiku. Aku ingat sekali dengan bekas luka di kepala mu ini akibat dari sendok nasiku” jawab Dara Muning dengan tegas. “Tidak Mungkin kau ibuku, ibuku sudah lama meninggal saat aku pergi dulu” ucap Bujang Munang lagi.
            Bujang Munang tetap tidak mau percaya bahwa Dara Muning itu adalah ibunya, dan tetap inigin menikahi Dara Muning. Akhirnya Dara Muning pun dengan terpaksa menikah, namun pada saat hari pernikahan mereka cuaca sangat tidak bersahabat, petir dan kilat terus menyambar di langit. Hujan deras turun membasahi kampung itu, badai pun tak dapat di hindari. Alam dan Tuhan tidak merestui pernikahan mereka, akhirnya mereka berdua di kutuk menjadi batu. Batu itu hingga kini masih berdiri kokoh di Dearah Serawai dan dikenal orang dengan nama batu Dara Muning.

Thursday, March 15, 2018

Wakil Bupati Sintang membuka Turnamen Futsal STKIP CUP III

Sintang, 14 maret 2018

    Turnamen futsal STKIP CUP III di buka secara resmi oleh Wakil Bupati Sintang yaitu Bapak Drs. Askiman, M.M. Dalam pembukaan tersebut hadir pula pak Agus Putra selaku Ketua Relawan Merah Putih dan beliau merupakan sponsor utama turnamen tersebut.

Sambutan Wakil Bupati Sintang sekaligus membuka secara resmi turnamen futsal STKIP CUP III

Sambutan Ketua Relawan Merah Putih

Wakil Bupati Sintang melakukan tendangan pertama sebagai simbolis di bukanya secara resmi turnamen futsal STKIP CUP III

Foto bersama beberapa perwakilan peserta turnamen futsal STKIP CUP III

unggulan

Pidato Tentang Dampak Positif dan Negatif HP

Assalamualaikum wr.wb Selamat pagi dan salam sejahtera untuk kita semua Yang terhormat Camat A.6 Yang saya hormati Kapolsek A.6 Y...

populer